Halo semua! Apa kabar? Hehe... Setelah lama gak ngepos, kali ini ada satu cerita lagi.... Yup, berhubung lagi liburan musim panas yang lamanya dua bulan dan gak ada kegiatan lain, akhirnya aku mutusin untuk ngangkat cerita yang sebenernya udah lama banget pengen aku pos. Yup, apalagi kalo bukan asal muasal terdampar di negeri ginseng ini hehe.
Well, waktu ternyata cepet banget berlalu ya (pasti bosen denger kan? wkwkwk). Udah satu setengah tahun ada di Korea, dan kini aku mulai bisa menebak nebak kenapa Allah mengirimku ke sini, bukan ke negara lain yang sebenernya pengen banget.... Btw, ini cerita aku ubah dari cerita yang aku kirim ke PERPIKA (Persatuan Pelajar Indonesia di Korea alias PPI nya Korea gitu) buat dimasukin ke buku PERPIKA untuk Indonesia jilid 2 yang Insyaallah akan segera terbit (mohon doanya ya...). Walaupun bahasanya udah aku buat kurang formal, tapi tetep aja gayanya beda haha. So, enjoy!!!
Sudah sejak SMP aku
memiliki keinginan untuk berkuliah di luar negeri (gak tau juga kerasukan apa punya mimpi kayak gitu ^^). Memang pada waktu itu masih
sebatas angan-angan karena aku sendiri pun tidak yakin bagaimana caranya.
Terutama karena sejak awal sudah punya mindset untuk fokus pada beasiswa sedangkan dari kabar yang beredar beasiswa untuk tingkat S1
di luar negeri juga tidak banyak (terutama yang full untuk orang Indonesia).
Kemudian waktu SMA aku
ikut Olimpiade Sains Nasional (OSN) di bidang kebumian. Seleksi yang
dimulai dari tingkat kota/kabupaten, provinsi, hingga nasional ini salah satu
tujuannya adalah untuk menjaring perwakilan Indonesia pada olimpiade sains
internasional. Biasanya para medalis tingkat nasional akan dikarantina pada
pelatihan nasional (pelatnas) yang kemudian akan dipilih
beberapa orang sebagai wakil Indonesia. FYI, pelatnas biasanya tiga tahap, masing2 sekitar satu bulan, tapi dilakukannya gak langsung gitu.
Pertama kali ikut OSN SMA saat kelas 10 pada tahun 2011 (Yup, pas kelas 9 akhir ikut seleksi yang SMA, buat yang penasaran). Walaupun bener2 gak nyangka, alhamdulillah dapet perunggu, jadinya diundang
buat ikut pelatnas. Saat itu aku hanya berhasil mencapai pelatnas tahap I (sedih sih, tapi emang belum siap). Walaupun begitu, yang aku ingat betul adalah aku
mendengar janji dari salah satu pejabat Kementrian Pendidikan (wakil kementrian yang biasanya buka tutup pelatnas tu lho...) dalam acara
pembukaan dan penutupan pelanas bahwa pemerintah akan memberikan beasiswa penuh
kepada siswa yang mendapatkan medali internasional untuk melanjutkan pendidikan
tinggi di mana saja, baik dalam negeri maupun luar negeri (katanya sih gitu, huff...). Untuk medali
perunggu hingga S1, medali perak hingga S2, dan medali emas hingga S3. Aku
kemudian menjadi bersemangat mengetahui adanya sebuah celah untuk mewujudkan
mimpi aku berkuliah di luar negeri.
Pada tahun 2012 aku
kembali mengikuti kompetisi yang sama dan kembali masuk pelatnas. Di situlah aku
benar-benar berusaha maksimum dengan harapan dapat lolos tahapan seleksi dan
dikirim ke kompetisi internasional. Ketika itu awal kelas 2 SMA. Sepulang dari
OSN, kebetulan aku bercakap-cakap dengan salah satu kakak kelas yang mendaftar
ke New York University (NYU) Abu Dhabi, sebuah universitas Amerika yang
dibiayai oleh pemerintah Abu Dhabi (beasiswanya bener2 full, tp sayang jurusannya terbatas). Aku yang penasaran kemudian mencoba
browsing di internet dan perlahan-lahan mulai mengumpulkan berbagai informasi
mengenai proses aplikasi dan beasiswa yang ditawarkan universitas di beberapa
negara, dari USA, Kanada, sampe Australia.
Ini screenshoot folder yang isinya applikasi sm info univ di luar negeri
Aku pun menjadi semakin
bersemangat. Sambil terus berusaha di pelatnas, aku juga rajin mengumpulkan
informasi pendaftaran universitas. Dan alhamdulillah, aku terpilih mewakili
Indonesia dalam International Earth Science Olympiad (IESO) di India pada tahun
2013 dan kemudian mendapat medali perak. Pastinya senang banget dan berulang
kali mengingat janji pemerintah pada saat pelatnas. Sepulang dari perlombaan, aku
pun langsung menyibukkan diri dengan proses aplikasi. Mulai dari mengisi Common
App dan aplikasi beberapa universitas, meminta surat rekomendasi dari guru,
hingga mempersiapkan tes TOEFL iBT dan SAT. Waktu yang singkat, ditambah aku
juga harus mengejar ketertinggalan materi sekolah selama mengikuti olimpiade
sains membuat aku harus bekerja ekstra keras. Aku pun menggunakan uang hadiah
yang aku terima selama olimpiade untuk membiayai proses aplikasi yang memakan
biaya (terutama buat TOEFL IBT sm SAT nya -___-, ditambah buat ngirim score ke univ harus bayar lagi, duh).
Namun, dipertengahan
proses, aku mendapat kabar dari teman yang masih mengikuti pelatnas (soalnya kelas tiga aku dah gak boleh ikut IESO, aturan sana) bahwa ada
perubahan kebijakan dari Kementrian Pendidikan bahwa untuk S1 hanya mendapat
beasiswa untuk kuliah di dalam negeri. Aku pun kaget dan menjadi khawatir,
terlebih karena kebanyakan universitas tujuan aku tidak memberikan beasiswa.
Tetapi karena aturan tertulis yang baru masih belum keluar dan sudah kepalang
basah, aku mencoba untuk tetap optimis dan menlajutkan proses aplikasi. Sebenernya yang angkatan atasku ada anak Pribadi Bandung, medali perak sm emas IBO, dan dia dapet beasiswa jalur olimpiade dari pemerintah ke MIT... Makanya aku masih agak optimis...
Akhirnya sekitar Maret
sampai Juni, saat-saat yang juga sibuk bagi siswa kelas 12 SMA, pengumuman
aplikasi aku keluar. Aku memang tidak diterima di Ivy League (oke, aku akui aku emang nekat apply ke Stanford, University of Chicago, sama NYU New York dan Abu Dhabi dengan nilai SAT segitu...), tapi aplikasi ke University of Arizona dan University of British Columbia lolos. Aku
juga mendapat letter of acceptance di
Melbourne University (yang ini agak akhir).
Well, Stanford University, salah satu univ impian yang gak keterima (sumber: stanford.edu)
Salah satu univ tujuan: UBC Okanagan Campus. Keterima sih, tapi..... (sumber: ubc.ca)
(Coba deh bayangin, udah dapet janji dr pemerintah, semangat belajar keras buat dapet medali, tp akhirnya beasiswa yang dijanjiin gak keluar-keluar. Padahal waktu itu dah dapet rekomendasi dari Dirjend pendidikan menegah. Dirjend lho ini dirjend, satu tingkat dibawah mentri... Dan akhirnya aku gagal bahkan yg ke aussie (mulainya agak telat yang di sana). Padahal di SMA juga banyak orang dah tau aku pengen banget ke luar negeri, rasanya malu dan bener2 diphp.... Dan aku masih ingat betul waktu itu akhir2 bulan ramadhan, aku keliling Jogja naik motor sore2 sambil nahan rasa pengen nangis.... untuk gak kecelakaan waktu itu -__-).
Meskipun begitu,
kekecewaanku tidak dapat aku sembunyikan, terutama dari diri sendiri. Aku memang dapat
mengikuti perkuliahan dengan baik, tapi rasanya seperti tanpa semangat (rasanya gak pengen terlibat banyak gitu... tp waktu itu ada firasat juga aku gak bakal lama2 di UGM).
Akhirnya aku mencoba usaha terakhir yaitu dengan mendaftar beasiswa Korean
Government Scholarship Program (KGSP) Undergraduate. Beasiswa KGSP untuk S1
memang baru dibuka sekitar bulan Oktober. Awalnya aku ragu untuk mendaftar
karena adanya kewajiban mengikuti kursus bahasa Korea selama satu tahun, yang
berarti aku akan lulus terlambat dibanding teman-teman aku yang lain (maksudku lulus kuliah tua gitu). Akan
tetapi, karena tidak perlu tes tulis dalam proses seleksi dan juga mengingat
skor TOEFL iBT akan segera kadaluarsa (cuma berlaku dua tahun, biayanya mahal), akhirnya aku sekedar mencoba
mendaftar (ini alasan utama sebenernya, selain karena mikir daripada nanti nyesel ^^). Berkas-berkas pun aku persiapkan dan esai-esai yang diperlukan pun aku
tulis dengan teliti. Mengingat aku tidak banyak tahu tentang perguruan tinggi
di Korea Selatan (bukan fans KPop atau drama korea soalnya), aku hanya mencari universitas dengan ranking dunia yang baik (sebenernya aku sering nyari univ di luar pake ini sih hehe) dan punya jurusan geologi, earth science atau environmental science. Ketika itu pilihan aku jatuh pada Seoul
National University (SNU), Korea University, dan Kyungpook National University (strategiku waktu itu dua univ yang bagus, satu yang kurang bagus).
Aku kemudian mengirimkan berkas ke Kedutaan Besar Korea di Jakarta tanpa banyak
berharap (aku dah bilang cuma coba-coba kan?).
Screen shoot dari acceptance letter KGSP-U :)
Kemudian aku ingat betul
ketika aku sedang sibuk mempersiapkan ujian tengah semester, sekitar akhir
Oktober, aku tiba-tiba ditelpon oleh Kedutaan Korea untuk tes wawancara di
Jakarta (waktu itu bener2 dah lupa tentang applikasi KGSP). Aku pun kaget bukan main. Terlebih karena pada hari H aku juga ada
ujian, aku langsung menemui dosen pengampu untuk diizinkan ujian susulan.
Alhamdulilah dosen aku juga tidak keberatan (bener2 bersyukur yang bagian ini). Karena wawancara menggunakan
bahasa Inggris, aku kemudian meminta bantuan teman untuk berlatih (credits buat Fauzy aka Akhyar junior wkwk). Pada hari
wawancara sendiri ada enam orang termasuk aku. Walaupun sempat gugup di awal,
tapi aku dapat menjawab pertanyaan dengan lancar.
Beasiswa KGSP-U sendiri
memiliki kuota untuk setiap negara. Untuk Indonesia pada saat itu hanya
kebagian 2 orang. Karenanya beberapa hari kemudian ketika aku dinyatakan pihak
kedutaan lolos sebagai cadangan aku agak terkejut (walopun aku curiga jadi cadangan gara-gara gak bisa bahasa korea sama sekali). Ternyata kuota beasiswa bisa
bertambah dalam kondisi tertentu. Aku kemudian tetap diminta mengikuti alur
selanjutnya, yaitu seleksi oleh pihak universitas. Aku pun senang tapi tetap
tidak terlalu berharap banyak, takut kecewa seperti sebelum-sebelumnya.
Pada awalnya aku pikir
cadangan akan diterima jika calon penerima beasiswa mundur atau tidak diterima.
Namun sekitar bulan Desember aku mendapat email dari Kyungpook dan SNU. Pihak
Kyungpook menyatakan bahwa berkas aku akan memasuki tahap akhir seleksi
sementara SNU meminta aku melengkapi beberapa berkas sebelum memasuki tahap
akhir (SNU ribet ya o__o). Lalu pada bulan Januari aku mendapat email dari ketiga universitas bahwa
aku diterima di tiga universitas tersebut. Aku pun harus memilih salah satu dan
pilihan aku jatuh pada SNU. Sementara pengumuman resmi dari NIIED, institusi
pemberi beasiswa, keluar pada hari terakhir aku ujian semester di UGM (emang alurnya milih univ dulu baru keluar pengumuman resminya). Aku pun
tidak menyangka pada akhirnya akan mendapat beasiswa ke Korea Selatan.
(Btw sepanjang proses, aku hampir telat beberapa... kayak ngisi online di web studyinkorea.go.kr sebelum seleksi univ, tapi untung bisa dilengkapi pada detik terakhir. Intinya bener2 dimudahkan)
Dan di sinilah aku sekarang, di salah satu univ paling prestisius di Korea dan Asia (gak ngelebihin2 kok wkwk, SNU emang didesain jadi kembarannya Tokyo Todai), ngambil jrusan Earth and Environmental Science.
Memang sangat melenceng dengan negara tujuan awal aku. Aku pun tidak menyangka
akan merasakan kehidupan di salah satu kota metropolitan terbesar di Asia.
Yup, Kampus SNU di Gwanak (sumber: chem.snu.ac.kr)
Dan banyak hikmahnya lho, kayak orang Korea lebih gak rasis (mungkin sama2 muka Asia juga), fasilitas umum lebih enak, dan lain lain wkwkwk (kayaknya ini buat postingan lain kali ya ^^). Nah, anyway, sekian dulu ya haha... Insyaallah liburan ini bakal lebih banyak postingan hehe...
kak mau tanya, kalo nilai rata ratarapor aku cuma 84,an bisa lulus seleksi ga kira kira? aku pengen banget lulus kgsp ka. karena aku emg mau kuliah diluar negeri di korea
ReplyDeleteBandar Q Online Terpercaya dan Teraman di GUNUNGPOKER
ReplyDeleteLink daftar : http://bandaraduq.com/Register.aspx?lang=id
BBM : 56978317
SEMUA GAME HANYA PAKAI 1 USER ID : Poker, Domino QQ, Capsa Susun, Adu Q, Bandar Poker,
Segera daftarkan userid anda di GUNUNGPOKER
Promo Terbaru dari GUNUNGPOKER
- Minimal DEPOSIT & WITHDRAW Rp 20.000,-
- Tersedia 7 game dalam 1 USER ID
- BONUS Turnover 0.5%
- BONUS Referral 20%
UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
LIVECHAT GUNUNGPOKER 24 JAM ONLINE
Fanspage FB : @agengunungpoker
Pin BB : 56978317
WA : +62812-7287-4416
LINE : gunungpokercsr1
WECHAT : gunungpokercsr1
YM : gunungpokercsr1@yahoo.com
kak mau nanyak itu ngurus persyaratannya itu kira" kena berapa??
ReplyDelete